Satu hal yang aku tidak sanggup menghadapinya lagi ketika menjalin hubungan dengan orang baru, perpisahan.
Ini aku kali pertama jatuh lagi setelah memutuskan jatuh pada orang yang salah beberapa tahun yang lalu. Aku melewati banyak cobaan dan persimpangan. Kamu meninggalkanku untuk kesekian kalinya. Bagiku ini hubungan bukan hanya sekedar 'teman' tapi bukan juga sebagai kekasih. Aku bingung mengenai batasan yang bagaimana untuk menentukan sikapku menghadapi sosok sepertimu. Aku peduli seperti kepada teman, tapi ke kamu bisa lebih, tapi tak se peduli sebagai kekasih. Rumit, memang. Aku merasakan sendiri. Terkadang aku berpikir apakah ini berlebihan? Apakah ini kurang?
Kamu adalah sosok yang susah ditebak. Susah banget. Bagaikan langit dan bumi. Bisa berubah secepat angin bertiup. Tapi kita sama. Labil, egois, mau menang sendiri, sayang, rindu, dan takut kehilangan. Memang harus banyak belajar, sabar.
Aku selalu takut ketika kamu yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, tanpa cerita apapun, dan tiba-tiba datang kembali dengan cerianya. Sudah terbiasa dengan itu. Selalu begitu. Aku sudah tau fase mu bagaimana, tapi masih terkadang susah ditebak.
Kamu sering bercerita keluh kesah tentangku ke temenmu, aku pun juga begitu. Dan selalu tersampaikan. Aneh. Kenapa, sih kita gak saling cerita, saling terbuka?
Aku menangis gara-gara kamu? Pernah, sering. Akibat rindu yang tak terucap atau takut kehilangan. Selalu begitu. Aku lemah, aku tidak bisa menahan tangis ketika aku ingin. Ketika rasa yang terpendam dan aku tidak punya sandaran untuk cerita, hanya menangis jalan keluarku.
Maaf, aku banyak salah. Surat ini tidak akan sampai kepadamu. Aku hanya ingin bercerita sendiri.
Terima kasih.
Ini aku kali pertama jatuh lagi setelah memutuskan jatuh pada orang yang salah beberapa tahun yang lalu. Aku melewati banyak cobaan dan persimpangan. Kamu meninggalkanku untuk kesekian kalinya. Bagiku ini hubungan bukan hanya sekedar 'teman' tapi bukan juga sebagai kekasih. Aku bingung mengenai batasan yang bagaimana untuk menentukan sikapku menghadapi sosok sepertimu. Aku peduli seperti kepada teman, tapi ke kamu bisa lebih, tapi tak se peduli sebagai kekasih. Rumit, memang. Aku merasakan sendiri. Terkadang aku berpikir apakah ini berlebihan? Apakah ini kurang?
Kamu adalah sosok yang susah ditebak. Susah banget. Bagaikan langit dan bumi. Bisa berubah secepat angin bertiup. Tapi kita sama. Labil, egois, mau menang sendiri, sayang, rindu, dan takut kehilangan. Memang harus banyak belajar, sabar.
Aku selalu takut ketika kamu yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, tanpa cerita apapun, dan tiba-tiba datang kembali dengan cerianya. Sudah terbiasa dengan itu. Selalu begitu. Aku sudah tau fase mu bagaimana, tapi masih terkadang susah ditebak.
Kamu sering bercerita keluh kesah tentangku ke temenmu, aku pun juga begitu. Dan selalu tersampaikan. Aneh. Kenapa, sih kita gak saling cerita, saling terbuka?
Aku menangis gara-gara kamu? Pernah, sering. Akibat rindu yang tak terucap atau takut kehilangan. Selalu begitu. Aku lemah, aku tidak bisa menahan tangis ketika aku ingin. Ketika rasa yang terpendam dan aku tidak punya sandaran untuk cerita, hanya menangis jalan keluarku.
Maaf, aku banyak salah. Surat ini tidak akan sampai kepadamu. Aku hanya ingin bercerita sendiri.
Terima kasih.
Comments
Post a Comment