Pagi itu, hatiku sudah tertata untuk menjaring ilmu di
sekolah. Aku bersama Cahyani dan Agnia berangkat bersama.
Ketika sudah di depan asrama, Agnia menyenggol tanganku,
“Heh, cobak liat yang paling depan!” Agnia beberapakali berkata begitu, tetapi
aku tidak terlalu merespon. Aku mengikuti perkataannya, tetapi yang kulihat
bukan siapa-siapa. Jujur saja, aku gak terlalu berani untuk melihat ke arah
gerombolan cowok yang lewat di depanku itu.
Akan tetapi, tiba-tiba saja keluar seseorang laki-laki dengan
rangkapan jas almamater sekolah, sedikit berlari ke arah depan. Gerombolan itu
seketika ramai. Au baru sadar. Dia, itu dia. Dia mendahului temannya.
Teman-temannya berseru meledek. Aku hanya histeris kecil. Aku senang. Bola
mataku yang terlindung akan kacamataku tak sedikit pun lepas dari bayangannya
yang semakin jauh, berjalan lebih cepat dan cepat.
Aku tidak tahu. Aku bingung. Ingin sekali aku mengerti akan
arti sikapmu itu. Baik atau tidak? Masih bolehkah aku menggantungkan harapan
untukmu?
Jika kau tau, aku lah yang selalu membuat kolom pertanyaan di
ask.fm penuh. Aku hanya ingin bertanya tanpa harus menahan malu bertanya
langsung.
Hal itu, hingga saat ini tidak berhenti membuatku tersenyum
malu dan senang. Aku senang dengan
tingkahmu yang seperti itu. Membekas betul di pikiran dan perasaanku.
Allah, can you throwing
me back to that time?
Comments
Post a Comment